Minggu, 27 Maret 2016

SEJARAH MOBIL DI INDONESIA

SEJARAH MOBIL DI 
INDONESIA

Welcome:infosejarah87.blogspot.com
Mobil pertama di Indonesia 
TAHUN 1894

Orang Indonesia pertama yang tercatat sebagai pemilik mobil adalah Pakubuwono ke X alias PB X yang berasal dari Solo, pada tahun 1894. Mobilnya bermerk Benz, tipe Carl Benz tetapi dari sumber lain ada yang mengatakan disebut sebagai Benz phaeton, beroda empat. Ternyata waktu itu pun untuk memiliki sebuah mobil harus indent, karena diperlukan waktu satu tahun persiapan pembuatannya. Tipe mobil yang dipesan ini memiliki banyak variasi dan dibuat sesuai dengan pesanan PB X. Adalah John.C.Potter seorang penjual mobil alias sales pertama di Indonesia mendapat kepercayaan untuk mengurusi pengirimannya dari Eropa. Masuknya mobil pertama ke Surakarta pada 1894, membuat Indonesia berada dua tahun di depan sang penjajah Belanda, yang baru menerima mobil pertamanya di Den Haag pada 1896. Indonesia memiliki mobil juga jauh lebih awal dari Thailand yang menerima mobil dengan merk Benz yang pertama, pada tanggal 19 Desember 1904, mobil Benz bagi Raja Thailand Chulalongkorn (Rama V).

TAHUN 1902

Pada 1902, mobil pertama hadir di Pulau Sumatera. Mobil itu adalah Benz milik Prof Dr W Schrüffner di Medan, yang kemudian menjadi Kepala Deli Automobile Club. Mobil Benz itu bermesin 2-silinder, berpendingin air, bertenaga 5 hp. Lampu depannya menggunakan sepasang lentera. Prof Dr W Schrüffner membeli mobil Benz-nya yang kedua pada 1910, yakni sebuah Benz Persival, sedangkan British Daimler yang bertenaga 38 hp dimiliki FA Folkersma di pabrik gula Ketanen, Gempolkerep, Mojokerto, Jawa Timur.

TAHUN 1904

Ada juga orang Indonesia yang lain, sebagai pemilik mobil pertama untuk daerahnya, di Pekalongan. Namanya Raden Mas Ario Tjondro, Bupati Berebes. Di tahun 1904 mobilnya sudah kelihatan mondar-mandir di kotanya. Mobilnya merk Orient Backboard, mobil ini dilengkapi dengan persneling maju dan mundur. Tetapi hanya memiliki satu silinder dan berkekuatan delapan PK, serta menggunakan tenaga rantai untuk menggerakan roda-rodanya.

TAHUN 1907

Pada tahun 1907 salah seorang keluarga raja lain di Solo, Kanjeng Raden Sosrodiningrat membeli sebuah mobil merk Daimler. Mobil merk ini memang tergolong mobil mahal dan hanya dimiliki oleh orang-orang berkedudukan tinggi. Mobil ini bekerja dengan empat silinder sama dengan kendaraan yang dipakai oleh Gubernur Jenderal di Batavia. Malahan ada kabar burung, bahwa dibelinya mobil Daimler tersebut oleh keluarga PB X Surakarta, disebabkan karena PB X tidak mau kalah gengsi dengan Gubernur Jenderal. Sebelumnya, ketika Gubernur masih menggunakan mobil merk Fiat atau sebuah kereta yang ditarik dengan 40 ekor kuda, tidak seorang pun berani menyainginya. Tetapi tiba-tiba saja PB X Solo memesan mobil dari pabrik dan merk yang sama, Kanjeng Raden Sosrodiningrat memesan mobil Daimlernya lewat Prottel & Co.

TAHUN 1913 – 1960

Orang Indonesia lainnya yang juga dari keluarga kesultanan yang memiliki mobil pribadi ialah Sultan Ternate pada tahun 1913. Keinginannya untuk memiliki dan mengendarai sendiri ‘kereta setan’, setelah merasakan nikmatnya duduk di kendaraan merk King Dick yang dibawa oleh seorang Belanda dalam perjalanan keliling Maluku. Sultan begitu terkesan dan langsung memesan sebuah mobil yang disesuaikan dengan kondisi daerahnya, tidak seperti King Dick yang beroda tiga, tetapi Sultan Ternate menginginkan kendaraan roda empat yang bisa dibawa kemana saja bila ia inginkan. Ramainya pasar jual-beli mobil, menggugah minat para pengusaha kuat untuk bertindak sebagai importir mobil. Gagasan untuk terjun ke dalam dunia dagang sektor impor kurun waktu itu memang masih sangat langka. Disamping belum adanya kepastian hukum, juga semangat beli masih bisa dihitung dengan jari. Maka bermunculanlah perusahan-perusahaan baru yang menjanjikan jasa kepengurusan pengiriman mobil dari negeri asal. Baik dari Eropa maupun dari Amerika. Namun hanya ada beberapa nama saja yang bisa bertahan sampai tahun-tahun menjelang Perang Dunia ke II. Diantara mereka adalah R.S Stockvis & Zonnen Ltd, yang tidak saja mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika tetapi juga menyediakan suku-suku cadang lain yang diperlukan untuk mobil dan motor. Juga nama Verwey & Lugard dan Velodrome yang berkantor pusat di Surabaya.

Nama-nama lain yang kurang menerima pesanan impor seperti pemilik mobil O’herne yang juga memiliki mobil Peugeot juga akhirnya berminat menjadi perantara importir mobil seperti merk yang dimilikinya. Juga nama H.Jonkhoff yang berangkat dari pengusaha Piano kemudian menanamkan modalnya untuk bertindak sebagai agen impor mobil dari Amerika seperti merk Ford, Studebaker dan mobil-mobil keluaran Jerman, Darraq, Benz, Brasier, Berliet dan lainnya. Ada juga usaha untuk mendatangkan mobil-mobil Italia dan Perancis yang pada saat itu di Batavia kurang mendapat pasaran. Namun ternyata, setelah ditangani dengan publikasi/promosi yang baik produksi kedua negara tersebut jadi banyak dibeli, terutama mobil merk Fiat yang mungil bentuknya namun bertenaga besar. Cabang para importir mobil tersebut bukan hanya di Batavia dan Surabaya, tetapi ada juga di Semarang, Bandung, Medan dan kota lainnya. DAIHATSU, masuk pada akhir tahun 1960-an dengan kendaraan beroda tiga, yang di Indonesia dikenal dengan nama Bemo. Kemudian diikuti dengan mobil mungil (Fellow Max), minibus mungil (S38), hatchback (Charade), sedan mungil (Classy).

TAHUN 1965

Kemuculan mobil-mobil buatan Negara jepang di wilayah Indonesia memang bisa dibilang spektakuler. Pada waktu pertama kali hadir, bukanlah mobil dengan versi sedan, melainkan jenis jip. Adalah jip Toyota Land Cruiser,mobil produksi Negara matahari terbit yang pertama kali datang di Indonesia. Kendaraan ini sangat terkenal pada waktu itu, bahkan mantan Presiden Soeharto, menggunakan jip Toyota Land Cruiser yang ber-“atap kanvas” sebagai kendaraan utama sewaktu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada tahun 1965. Kemudian disusul oleh jip Nissan Patrol. Kedua mobil itu digunakan di kalangan militer, polisi, pertambangan, dan perkebunan pada saat-saat kejatuhan Presiden Soekarno.Pada awal kehadirannya, Jip-jip buatan Jepang itu harus bersaing dengan jip GAZ (buatan Rusia), jip Land Rover (buatan Inggris), dan jip-jip buatan Amerika Serikat, seperti Willy’s, Ford, Internasional, dan Cherokee, yang sudah ada lebih dahulu. Belakangan juga muncul jip Mitsubishi, yang sosoknya mirip dengan jip Willy’s.

TAHUN 1968

Sedan-sedan buatan Jepang terlihat ringkih dan berbodi tipis, oleh sebab itu kehadirannya tidak langsung diterima oleh konsumen Indonesia yang sudah terbiasa menggunakan mobil-mobil buatan Eropa dan Amerika Serikat yang berbodi kokoh, seperti : Fiat dari Italia, Austin, Morris, dan Land Rover dari Inggris, Opel, Volkswagen, BMW, dan Mercedes Benz dari Jerman, Cadillac, Chevrolet, Ford, Chrysler, Dodge dari Amerika Serikat, Peugeot dan Citroen dari Perancis, serta Holden dari Australia. datang belakangan, yakni setelah pemerintahan Orde Baru berdiri sekitar tahun 1968 dan mulai banyak beredar sekitar tahun 1970. Mobil-mobil sedan buatan jepang pada saat itu memang sudah mengalami banyak perubahan.

TAHUN 1970

HONDA, mulai memasukkan mobil mungilnya yaitu Honda Mini pada tahun 1970. Kemudian disusul dengan Honda Life, Honda 1300 Coupe 9, dan truk mini TN-360M. SUZUKI ikut muncul dengan mobil mungil Fronte LC10 dan truk mungil L40/41.

TAHUN 1990 

Produsen mobil di Indonesia semakin ramai menjual produk-produk mereka di Indonesia. NISSAN, pertama kali masuk ke Indonesia dengan jip Nissan Patrol kemudian mengganti namanya dengan Datsun. Pada tahun 1990-an, Datsun kembali memakai nama NISSAN.

Baca juga:SEJARAH MOBIL



Tidak ada komentar:

Posting Komentar